Teori Kuda Mati Dalam Investasi, Pernah Mengalaminya ?

Dalam dunia investasi, kita sering kali dihadapkan pada situasi sulit, apakah harus bertahan dengan investasi yang kita miliki, atau justru melepaskannya? Di sinilah “Teori Kuda Mati” menjadi sangat relevan.

Teori ini berasal dari pepatah suku Indian Dakota yang mengatakan, “Jika kamu menemukan bahwa kamu sedang menunggangi kuda mati, sebaiknya kamu turun.” Maksudnya sederhana, jika sesuatu sudah jelas-jelas tidak memberikan hasil lagi, maka berhentilah dan jangan buang tenaga untuk mempertahankannya.

Dalam konteks investasi, kuda mati bisa diartikan sebagai investasi yang sudah tidak lagi menguntungkan, bahkan cenderung merugikan, namun tetap dipertahankan karena berbagai alasan emosional atau harapan semu.

Hand Drawn image

Banyak investor terjebak dalam situasi ini. Mereka enggan melepaskan investasinya karena sudah telanjur mengeluarkan banyak uang, atau merasa bahwa jika mereka sabar sedikit lagi, harga akan naik kembali. Ada juga yang tidak mau mengakui bahwa keputusan mereka salah, dan berharap kondisi akan membaik meski tidak ada tanda-tanda nyata. Ini adalah bentuk bias psikologis yang sering menjebak investor. Sayangnya, bertahan pada “kuda mati” justru bisa memperbesar kerugian. Padahal, keputusan cerdas dalam berinvestasi bukan hanya soal kapan membeli, tapi juga kapan harus berhenti.

Baca juga : https://investhink.id/anchoring-effect-dalam-investasi-saham-ketika-angka-pertama-menentukan-segalanya/

Sebagai contoh, bayangkan seseorang membeli saham perusahaan teknologi yang dulu sempat naik daun, seharga Rp1.000 per lembar. Namun, kini harga saham itu turun menjadi Rp200 dan tidak menunjukkan perbaikan selama dua tahun terakhir.

Perusahaan tersebut juga sudah tidak berinovasi, keuangannya terus merugi, dan manajemennya mulai mundur satu per satu. Dalam kasus seperti ini, bisa jadi investor tersebut sedang “menunggangi kuda mati”.

Daripada terus berharap tanpa dasar yang jelas, lebih bijak jika ia mempertimbangkan untuk menjual saham tersebut dan memindahkan dananya ke instrumen investasi lain yang lebih sehat.

Untuk mengenali apakah kita sedang terjebak dalam “kuda mati”, ada beberapa tanda yang perlu diperhatikan. Misalnya, nilai investasi yang terus menurun tanpa tanda-tanda pemulihan, tidak ada perkembangan positif dari perusahaan, laporan keuangan menunjukkan kerugian terus-menerus, serta tidak adanya kejelasan strategi atau arah masa depan atau mungkin secara teknikal sudah menunjukan perubahan trend. Jika sebagian besar tanda ini muncul, besar kemungkinan investasi tersebut sudah tidak layak dipertahankan.

Kesimpulannya, dalam investasi, mundur bukan berarti kalah. Justru, mengetahui kapan harus berhenti adalah bentuk kebijaksanaan. Jangan biarkan ego atau harapan palsu menguasai keputusan. Jika sudah jelas-jelas menunggangi kuda mati, maka sebaiknya turun, dan cari kuda lain yang masih sehat dan kuat berlari. Karena dalam investasi, menjaga modal dan berpikir rasional adalah kunci utama menuju keberhasilan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tentang Artikel

Semua artikel di website ini ditulis dan dipublikasikan oleh tim Investhink untuk memudahkan para pembaca mendapatkan informasi seputar dunia Investasi dan trading secara gratis. 

Temukan Fakta Menarik

Main Office

18 Parc Place SCBD, Tower B, 2nd Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190.

Terdaftar di

© 2024 Created Investhink