Dalam dunia trading, salah satu tantangan terbesar bukan hanya soal menganalisis grafik atau memahami berita ekonomi, tetapi juga bagaimana mengendalikan psikologi diri sendiri.
Salah satu jebakan psikologis yang sering menjerat trader adalah recency bias, yaitu kecenderungan untuk lebih mempercayai informasi atau peristiwa yang baru saja terjadi, dan menganggapnya sebagai dasar utama dalam mengambil keputusan.
Bias ini membuat kita lupa bahwa pasar bergerak dalam jangka panjang dan tidak selalu mencerminkan pola yang sama setiap saat.

Sebagai contoh, bayangkan seorang trader pemula yang baru saja melihat harga saham tertentu naik selama tiga hari berturut-turut. Karena merasa yakin tren tersebut akan terus berlanjut, ia langsung membeli saham itu tanpa analisis lebih lanjut.
Namun sayangnya, keesokan harinya harga saham justru turun tajam karena rilis laporan keuangan yang buruk—informasi yang sebenarnya sudah bisa diakses jika ia mau menggali lebih dalam. Ini adalah bentuk nyata dari recency bias: terlalu fokus pada peristiwa terbaru (kenaikan harga tiga hari terakhir) tanpa memperhitungkan faktor lain yang lebih besar dan relevan.
Di sisi lain, seorang trader yang baru saja mengalami kerugian besar dalam dua transaksi terakhir bisa saja menjadi terlalu takut dan memilih untuk tidak mengambil peluang berikutnya, padahal sinyal pasar saat itu sangat mendukung untuk entry. Karena trauma dari kerugian terbaru, ia gagal mengambil keputusan rasional.
Recency bias sering membuat trader terjebak dalam pola pikir jangka pendek, mengabaikan data historis, dan terlalu bergantung pada emosi. Padahal dalam trading, konsistensi dan disiplin terhadap strategi jangka panjang jauh lebih penting daripada reaksi sesaat.
Untuk menghindari bias ini, penting bagi trader untuk membiasakan diri melihat data dalam konteks yang lebih luas, seperti grafik mingguan atau bulanan, bukan hanya pergerakan harian. Selain itu, mencatat setiap keputusan trading dalam jurnal bisa membantu melihat pola pikir kita secara lebih objektif.
Ketika kita mulai menyadari bahwa keputusan yang kita ambil lebih karena “feeling” akibat pengalaman terbaru, maka itulah saatnya untuk berhenti sejenak dan mengevaluasi ulang pendekatan kita.
Singkatnya, recency bias adalah jebakan halus yang sering terjadi tanpa disadari. Ia membuat kita percaya bahwa apa yang baru saja terjadi adalah petunjuk pasti dari masa depan, padahal pasar sangat dinamis dan seringkali tidak bisa ditebak hanya dari satu atau dua peristiwa terbaru. Dengan menyadari keberadaan bias ini, seorang trader bisa lebih berhati-hati, lebih rasional, dan lebih siap dalam menghadapi segala kondisi pasar.