Panic of 1873, atau yang dikenal juga sebagai “Krisis Keuangan 1873”, adalah salah satu krisis ekonomi paling parah yang melanda dunia pada abad ke-19. Peristiwa ini memicu resesi ekonomi yang luas dan panjang di berbagai negara, dengan dampak yang dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Penyebab utama dari Panic of 1873 adalah spekulasi berlebihan dan ekspansi yang tidak terkendali dalam investasi rel kereta api di Amerika Serikat. Pada periode sebelumnya, banyak investor dan perusahaan yang terlibat dalam pembangunan rel kereta api yang agresif, menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat tetapi tidak berkelanjutan.
Ketika gelembung investasi rel kereta api tersebut pecah pada tahun 1873, pasar keuangan Amerika Serikat mengalami kepanikan besar. Banyak perusahaan rel kereta api yang bangkrut, menyebabkan kegagalan investasi besar-besaran dan hilangnya modal di seluruh negeri. Bank-bank juga terkena dampak, dengan banyak bank kecil dan regional mengalami kebangkrutan.
Dampak dari Panic of 1873 merembet ke seluruh dunia, memicu resesi ekonomi global yang panjang dan berdampak luas. Di Eropa, banyak negara mengalami penurunan ekspor dan produksi, serta meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan. Di Amerika Serikat, resesi ekonomi menghasilkan penurunan harga-harga komoditas dan krisis pertanian yang berkepanjangan.
Pemerintah di berbagai negara bereaksi terhadap krisis ini dengan langkah-langkah untuk meredakan kepanikan pasar dan memulihkan kepercayaan masyarakat. Namun, proses pemulihan ekonomi memakan waktu yang lama dan menyebabkan penderitaan yang besar bagi banyak orang.
Panic of 1873 menjadi pengingat bagi dunia akan risiko dari spekulasi berlebihan dan ekspansi yang tidak terkendali dalam investasi. Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya pengawasan yang ketat terhadap praktek-praktek keuangan yang tidak stabil dan perlunya kebijakan ekonomi yang bijaksana untuk mencegah krisis serupa terjadi di masa depan.