Pada awal tahun 1990-an, Jepang menyaksikan kejatuhan yang dramatis di pasar sahamnya yang sebelumnya berkembang pesat. Kejadian ini terjadi setelah periode gemerlap yang dikenal sebagai “Gelembung Ekonomi Jepang” yang dimulai pada akhir tahun 1980-an. Gelembung ini adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi yang cepat dan spekulasi yang meluas di sektor properti dan keuangan.
Selama beberapa tahun sebelumnya, harga properti di Jepang melonjak tajam, didorong oleh pinjaman yang murah dan spekulasi yang berlebihan. Investor dan perusahaan berlomba-lomba untuk berinvestasi di sektor properti, yang menyebabkan harga tanah dan bangunan melambung tinggi. Hal ini juga mendorong kredit yang longgar dari bank-bank, yang memberikan pinjaman besar-besaran kepada pengembang properti dan perusahaan.
Namun, pada akhir tahun 1980-an, gejala-gejala awal kelemahan mulai muncul. Harga properti mulai menurun, menyebabkan kepanikan di kalangan investor dan pembeli. Sementara itu, sektor keuangan Jepang juga mengalami ketidakstabilan, dengan banyak bank menghadapi tekanan dari kredit macet yang meningkat.
Pada tahun 1990, gejolak di pasar properti dan keuangan Jepang akhirnya mencapai puncaknya, dan pasar saham pun mulai terpengaruh. Bursa Saham Tokyo (TSE) mengalami penurunan harga saham yang tajam, menyebabkan kepanikan di kalangan investor. Banyak dari mereka yang terpaksa menjual saham mereka dengan harga murah, yang memperburuk penurunan pasar.
Kejatuhan Bursa Saham Jepang 1990 memiliki dampak yang luas dan meresahkan. Banyak investor dan perusahaan mengalami kerugian besar, sementara perekonomian Jepang terperosok ke dalam periode stagnasi yang dikenal sebagai “The Lost Decade” yang berlangsung hingga awal tahun 2000-an.
Peristiwa ini menunjukkan bahaya dari gelembung ekonomi yang tidak terkendali dan pentingnya untuk menerapkan kebijakan ekonomi yang bijaksana dan stabil. Kejatuhan Bursa Saham Jepang 1990 juga menjadi pengingat bagi dunia akan kerentanan pasar keuangan terhadap spekulasi berlebihan dan kelebihan kredit, serta perlunya tindakan yang tepat untuk mencegah terulangnya krisis serupa di masa depan.