Hindsight Bias dalam Investasi : Hampir Semua Orang Mengalaminya

Dalam dunia investasi, banyak orang sering berkata, “Harusnya dulu aku beli saham itu, jelas-jelas bakal naik!” atau “Sudah kelihatan dari awal kalau harga properti bakal naik!” Pernyataan seperti ini merupakan contoh dari hindsight bias.

Hindsight bias adalah kecenderungan seseorang untuk percaya bahwa mereka bisa memprediksi hasil suatu peristiwa setelah peristiwa itu terjadi. Padahal kenyataannya, prediksi itu baru terasa “jelas” setelah kita tahu hasil akhirnya.

Bias ini sering muncul setelah kita melihat keberhasilan atau kegagalan investasi. Misalnya, setelah saham teknologi tertentu naik drastis, seseorang merasa bahwa kenaikan itu sudah bisa ditebak sejak awal. Namun jika kita kembali ke waktu sebelum harga naik, sebenarnya banyak ketidakpastian, dan keputusan untuk membeli belum tentu semudah yang dibayangkan. Kita hanya merasa “tahu” karena hasilnya sudah jelas sekarang.

Baca juga : https://investhink.id/sunk-cost-fallacy-ketika-kesetiaan-justru-merugikan-dalam-trading/

Hindsight bias bisa menjadi jebakan dalam berpikir. Ketika kita merasa keputusan investasi harusnya bisa lebih baik di masa lalu, kita cenderung menyalahkan diri sendiri atau malah merasa lebih pintar dari yang sebenarnya. Hal ini bisa membuat kita kehilangan pembelajaran penting dari proses investasi itu sendiri. Padahal, dalam dunia investasi, hasil akhir tidak selalu mencerminkan kualitas keputusan.

Contoh lainnya, seseorang yang melewatkan membeli Bitcoin di tahun 2015 mungkin merasa bodoh di tahun 2021 karena tidak ikut untung besar. Namun di tahun 2015, banyak orang masih ragu dan tidak yakin terhadap masa depan Bitcoin. Keputusan untuk tidak membeli saat itu sangat masuk akal bagi sebagian orang, berdasarkan informasi dan risiko yang tersedia saat itu. Hindsight bias menghapus pertimbangan realistis yang terjadi di masa lalu.

Efek dari bias ini bisa sangat merugikan. Salah satunya adalah overconfidence, yaitu rasa percaya diri berlebihan dalam mengambil keputusan investasi berikutnya. Karena merasa bisa menebak pasar, seseorang bisa mengambil risiko besar tanpa analisa yang mendalam, dan akhirnya bisa mengalami kerugian. Selain itu, bias ini juga bisa membuat kita terlalu keras terhadap diri sendiri, merasa menyesal terus-menerus, dan sulit move on dari keputusan masa lalu.

Untuk menghindari hindsight bias, cobalah untuk mencatat alasan dari setiap keputusan investasi yang diambil. Dengan begitu, kita bisa mengevaluasi prosesnya secara objektif, bukan hanya menilai berdasarkan hasil. Penting juga untuk menerima bahwa investasi selalu penuh dengan ketidakpastian. Belajar dari masa lalu itu penting, tapi menganggap diri “sudah tahu sejak awal” hanya akan menghambat perkembangan kita sebagai investor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tentang Artikel

Semua artikel di website ini ditulis dan dipublikasikan oleh tim Investhink untuk memudahkan para pembaca mendapatkan informasi seputar dunia Investasi dan trading secara gratis. 

Temukan Fakta Menarik

Main Office

18 Parc Place SCBD, Tower B, 2nd Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190.

Terdaftar di

© 2024 Created Investhink