Dalam dunia investasi, pengambilan keputusan yang rasional dan berdasarkan analisis merupakan kunci utama untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan.
Namun, sering kali investor terjebak dalam perilaku psikologis yang dikenal sebagai herd mentality atau mentalitas kawanan. Herd mentality terjadi ketika seseorang mengikuti keputusan mayoritas tanpa mempertimbangkan data, logika, atau strategi pribadi.
Dalam konteks investasi, hal ini biasanya ditandai dengan tindakan membeli atau menjual aset semata-mata karena melihat banyak orang lain melakukan hal yang sama, bukan karena memahami nilai atau potensi investasi tersebut.

Salah satu contoh nyata dari herd mentality adalah fenomena Dogecoin pada tahun 2021. Aset kripto yang awalnya hanya dibuat sebagai lelucon ini mengalami lonjakan harga yang luar biasa setelah tokoh publik seperti Elon Musk menyebutnya di media sosial.
Banyak investor pemula ikut membeli Dogecoin karena takut ketinggalan momen keuntungan (FOMO – Fear of Missing Out), tanpa mempelajari terlebih dahulu fundamental dari aset tersebut. Ketika hype mereda, harga Dogecoin pun jatuh dan menyebabkan kerugian besar bagi mereka yang membeli di harga puncak.
Baca juga : https://investhink.id/recency-bias-dalam-trading-saat-pengalaman-terbaru-menyesatkan-keputusan/
Contoh lainnya adalah lonjakan harga saham GameStop (GME) yang didorong oleh komunitas Reddit. Ribuan orang membeli saham GME sebagai bentuk perlawanan terhadap investor institusi yang melakukan short selling. Akibatnya, harga saham GME melonjak tajam, namun kemudian turun drastis. Banyak investor individu mengalami kerugian karena ikut membeli tanpa memahami risiko yang ada.
Perilaku herd mentality dalam investasi bisa sangat berbahaya karena mendorong keputusan yang emosional, bukan rasional. Ini bisa menciptakan gelembung harga (bubble) yang akhirnya pecah dan menimbulkan kerugian besar.
Investor yang terbawa arus tren sering kali hanya mengikuti kerumunan tanpa memiliki pemahaman yang cukup tentang aset yang dibelinya.
Untuk menghindari dampak negatif dari herd mentality, investor perlu membangun kebiasaan untuk melakukan analisis sendiri, memiliki tujuan investasi yang jelas, serta mampu menahan diri ketika pasar sedang euforia. Diversifikasi portofolio juga penting agar tidak terlalu bergantung pada satu jenis aset yang sedang tren.
Kesimpulannya, herd mentality bisa terlihat menggoda karena menjanjikan keuntungan cepat dengan mengikuti mayoritas, namun dalam kenyataannya bisa berujung pada keputusan yang merugikan. Investor yang sukses bukanlah mereka yang selalu mengikuti keramaian, tetapi mereka yang mampu berpikir mandiri, sabar, dan disiplin dalam menjalankan strategi investasinya.