Bayangkan pasar seperti sebuah roller coaster penuh dengan naik-turun yang tajam dan begitu mendadak. Tapi pergerakan ini bukan semata karena berita atau data ekonomi. Ada faktor terbesar yang sering kali datang dari psikologi manusia itu sendiri yaitu emosi massal. Ya, emosi kita, terutama para investor ritel, punya andil besar dalam menciptakan pergerakan dan volatilitas pasar.

Mayoritas investor ritel cenderung membeli saat pasar sedang ramai dan naik, lalu panik menjual saat harganya turun tajam. Kenapa bisa begitu? Karena manusia pada dasarnya suka berada di tengah keramaian. Karena secara naluri dalam keramaian mereka merasa ada rasa aman.
Ketika sebuah saham atau crypto sedang naik dan jadi bahan pembicaraan di mana-mana, orang merasa tenang dan ikut-ikutan beli. Tapi saat harga mulai turun dan atmosfer menjadi sepi, kepanikan muncul. Di momen inilah banyak yang buru-buru menjual, takut makin terjebak lebih dalam.
Baca Juga : https://investhink.id/teori-kuda-mati-dalam-investasi-pernah-mengalaminya/
Ironisnya, perilaku seperti ini justru membuat investor ritel terjebak dalam pola beli di atas dan jual di bawah. Padahal, strategi ideal seharusnya sebaliknya.
Ini bukan sekadar opini. Menurut data dari Dalbar, selama 20 tahun terakhir, investor ritel rata-rata hanya mencetak return sekitar 4% per tahun. Jika kita bandingkan dengan pasar saham itu sendiri yang tumbuh antara 9% hingga 10% per tahun. Perbedaannya begitu besar, dan penyebab utamanya adalah keputusan emosional bukan karena kurang informasi.
Hal yang samapun terjadi di dunia crypto. Banyak orang melepas aset mereka ketika justru saat harga mulai naik. Mereka merasa senang karena akhirnya “balik modal” atau “sudah untung sedikit”, padahal pada saat itulah para investor besar (smart money) sedang membeli aset kalian. Artinya, kamu bukan sedang kena prank. Kamu sedang bermain di sebuah permainan, dan jika kamu hanya mengikuti emosi, kamu hanya akan jadi pion di papan catur mereka.
Inilah sebabnya kenapa pasar bisa bergerak irasional, karena emosi justru bergerak lebih dulu ketimbang sebagaimana mestinya.
Pasar bukan soal perasaan. Pasar adalah soal logika, data, dan disiplin. Jika kamu ingin menang dalam jangka panjang, belajarlah untuk menahan emosi dan berpikir seperti pemain besar—bukan sekadar mengikuti keramaian.