
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI anjlok 7,44% ke Rp 3.360 pada perdagangan Jumat (28/2/2025) pekan lalu.
Sebanyak 1 miliar saham BBRI ditransaksikan, frekuensi 153.136 kali, dan nilai transaksi mencapai Rp 3,42 triliun. Di hari itu, saham BRI rata-rata ditransaksikan di Rp 3.419,6/saham. Asing mencetak net sell saham Bank Rakyat Indonesia Rp 879 miliar.
Baca Juga : https://investhink.id/phk-masal-awal-bulan-menjadi-petaka-10-ribu-buruh-sritex-group/
Di mana sejak awal tahun hingga Jumat pagi pukul 10.40 WIB, saham BBRI sudah turun 15,69% jadi Rp3.430/saham. Sejalan dengan gejolak amat berat terhadap IHSG yang dibayangi oleh penerapan tarif dagang oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada Kanada, Meksiko, dan China.
Mencermati peluang yang ada saat ini, Para pengamat pasar menilai butuh waktu sekitar 35–72 hari perdagangan dari level terendah (bottom) sampai pembalikan arah (rebound) ke level tertinggi dan return di atas 15%, seperti halnya yang pernah terjadi dengan gejolak pasar saham pada 2018 silam.
Saham BBRI direkomendasi beli dengan target harga tahun 2025 di Rp5.650/saham. Dengan potensi kenaikan mencapai 54% point-to-point.
BRI kini menjadwalkan RUPS tahunan (RUPST) pada 24 Maret 2025. Sebelumnya, RUPST BRI direncanakan pada 11 Maret 2025.
Karena itu, perkiraan periode buyback saham BBRI ikut bergeser menjadi 25 Maret 2025 hingga 24 Maret 2026 dari rencana semula 12 Maret 2025 hingga 11 Maret 2026.
BBRI akan buyback saham maksimal senilai Rp 3 triliun. Buyback akan dilakukan melalui bursa efek maupun di luar bursa efek, baik secara bertahap maupun sekaligus.