Dalam dunia investasi dan perdagangan saham, ada banyak strategi yang digunakan oleh pelaku pasar untuk memaksimalkan keuntungan.
Salah satu prinsip yang cukup populer, meski sering disalahartikan, adalah istilah “Buy with the rumor, sell with the news” atau dalam bahasa Indonesia, “Beli saat rumor, jual saat berita keluar.” Lalu, apa sebenarnya makna di balik ungkapan ini?

shutterstock.com Image
Pengertian “Buy with the Rumor, Sell with the News”
Secara sederhana, prinsip ini menggambarkan perilaku pasar yang didorong oleh ekspektasi dan sentimen, bukan hanya oleh fakta yang sudah terjadi.
Ketika sebuah rumor atau kabar yang belum dikonfirmasi beredar (misalnya tentang potensi merger, peluncuran produk baru, atau laporan keuangan yang kuat), banyak investor mulai membeli saham terkait karena mereka berharap nilai saham tersebut akan naik begitu kabar itu menjadi kenyataan.
Namun, begitu berita tersebut benar-benar diumumkan ke publik, harga saham yang sebelumnya telah naik sering kali mengalami koreksi atau bahkan penurunan.
Mengapa? Karena harapan pasar sudah “dipricing in” — artinya ekspektasi positif sudah tercermin dalam harga saham sebelum berita itu resmi keluar. Akibatnya, setelah berita dirilis, banyak investor justru mengambil untung (profit taking), yang mendorong harga saham turun.
Contoh Kasus
Bayangkan sebuah perusahaan teknologi besar dikabarkan akan meluncurkan inovasi produk baru. Saat rumor ini menyebar:
- Para trader dan investor mulai membeli saham perusahaan itu, mendorong harga naik.
- Ketika produk benar-benar diluncurkan dan berita resmi keluar, harga saham malah turun karena:
- Produk tidak memenuhi ekspektasi setinggi rumor.
- Investor yang sudah untung sejak awal rumor memutuskan menjual untuk mengunci keuntungan.
- Pasar merasa tidak ada lagi kejutan baru yang bisa mendorong harga lebih tinggi.
Mengapa Ini Terjadi?
Ada beberapa alasan psikologis dan teknis di balik fenomena ini:
- Ekspektasi Pasar: Harga saham mencerminkan harapan masa depan. Ketika rumor beredar, harapan tersebut mendorong permintaan.
- Realitas vs Harapan: Setelah berita nyata keluar, terkadang realitas tidak sebaik ekspektasi yang dibentuk oleh rumor.
- Profit Taking: Trader profesional sering menggunakan momen berita resmi untuk menjual dan merealisasikan keuntungan.
- Mekanisme “Sell the News”: Bahkan berita yang sebenarnya positif bisa menyebabkan penurunan harga jika pasar sudah mengantisipasinya sebelumnya.
Strategi Menghadapi Fenomena Ini
Bagi investor, memahami prinsip ini sangat penting untuk mengelola risiko. Berikut beberapa tips:
- Jangan hanya membeli saham berdasarkan rumor tanpa analisis yang kuat.
- Waspadai potensi pembalikan harga setelah berita besar diumumkan.
- Gunakan manajemen risiko seperti stop-loss untuk melindungi modal.
- Jika memanfaatkan rumor, pastikan Anda juga punya rencana exit yang jelas begitu berita keluar.
Kesimpulan
“Buy with the rumor, sell with the news” adalah gambaran klasik tentang bagaimana pasar bereaksi lebih terhadap ekspektasi daripada fakta aktual. Ini adalah pengingat bahwa dalam dunia investasi, emosi, sentimen, dan ekspektasi bisa memainkan peran yang lebih besar daripada realitas itu sendiri.
Memahami dinamika ini dapat membantu investor membuat keputusan yang lebih rasional dan menghindari jebakan pasar berbasis euforia sesaat.