May 24, 2024

Psikologi

Black Monday 1987: Kondisi Pasar yang Mengkhawatirkan

Pada tanggal 19 Oktober 1987, pasar keuangan global menyaksikan salah satu kejadian paling mengkhawatirkan dalam sejarahnya: Black Monday. Hari itu, indeks saham utama di Amerika Serikat, termasuk Dow Jones Industrial Average (DJIA), mengalami penurunan harga saham yang sangat tajam dan mendadak. Kejatuhan ini tidak hanya mempengaruhi Wall Street, tetapi juga merembet ke pasar saham di seluruh dunia. Penyebab langsung dari Black Monday masih diperdebatkan hingga hari ini, tetapi beberapa faktor kontribusi telah diidentifikasi. Salah satunya adalah spekulasi berlebihan dan gelembung ekonomi yang telah terbentuk di pasar saham sejak awal tahun 1980-an. Selain itu, meningkatnya penggunaan program komputer untuk perdagangan saham (trading) juga diyakini telah mempercepat dan memperdalam penurunan pasar pada hari itu. Pada Black Monday, indeks DJIA jatuh sekitar 22%, yang merupakan penurunan terbesar dalam sejarahnya dalam satu hari. Kondisi yang sama juga terjadi di pasar saham lainnya di seluruh dunia. Investor dan pelaku pasar lainnya terkejut dan panik, dan banyak di antaranya terpaksa menjual saham mereka dalam upaya untuk membatasi kerugian. Dampak dari Black Monday sangat luas dan meresahkan. Banyak investor kehilangan kekayaan mereka secara signifikan, sementara beberapa institusi keuangan mengalami kerugian besar. Ketakutan akan resesi ekonomi pun meluas, dan beberapa negara mulai mengambil langkah-langkah untuk melindungi mata uang dan ekonomi mereka dari kekacauan yang lebih lanjut. Meskipun keruntuhan pasar pada Black Monday sangat dramatis, pasar finansial akhirnya pulih dari kejadian tersebut. Namun, Black Monday tetap menjadi peringatan bagi dunia akan potensi kerentanan dan kegagalan dalam sistem keuangan global. Sebagai respons, sejumlah langkah telah diambil untuk meningkatkan regulasi pasar dan memperkuat infrastruktur keuangan, dengan tujuan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Dalam sejarah pasar keuangan, Black Monday 1987 tetap menjadi peristiwa yang diingat sebagai contoh yang menakutkan dari apa yang bisa terjadi ketika kepanikan pasar mengambil alih.

Psikologi

Wall Street Crash of 1929: Krisis Pasar Saham Amerika Serikat

Wall Street Crash of 1929 atau yang sering disebut juga dengan “Black Thursday”, yang terjadi pada tanggal 24 Oktober 1929, adalah salah satu peristiwa paling menghancurkan dalam sejarah ekonomi Amerika Serikat dan menjadi pemicu utama dari Depresi Besar. Pada hari itu, Bursa Saham New York mengalami penurunan harga saham yang dramatis dan tiba-tiba. Para investor berbondong-bondong menjual saham mereka dalam upaya untuk membatasi kerugian, yang memicu spiral penurunan harga. Black Thursday kemudian diikuti oleh beberapa hari penurunan harga saham yang lebih lanjut, termasuk Black Tuesday pada tanggal 29 Oktober 1929, yang menjadi titik terendah dari kejatuhan pasar. Dampak Wall Street Crash of 1929 terasa luas dan mendalam. Jutaan orang kehilangan tabungan dan investasi mereka, banyak perusahaan bangkrut, dan tingkat pengangguran melonjak tajam. Kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh crash saham ini menjadi pemicu bagi masa Depresi Besar, yang berlangsung selama bertahun-tahun. Penyebab utama dari Wall Street Crash of 1929 adalah spekulasi berlebihan di pasar saham. Selama tahun-tahun sebelumnya, harga saham terus meningkat secara spektakuler, sehingga banyak investor terpesona oleh janji-janji keuntungan yang besar. Namun, ketika harga saham tidak lagi bisa dipertahankan oleh fundamental ekonomi, gelembung tersebut akhirnya meletus dengan dahsyat. Pemerintah Amerika Serikat bereaksi terhadap krisis dengan berbagai langkah darurat, termasuk intervensi pasar oleh bank sentral dan pembentukan lembaga-lembaga baru untuk mengatasi dampak krisis. Namun, upaya-upaya tersebut terbukti tidak cukup untuk menghentikan spiral kehancuran ekonomi yang sedang berlangsung. Wall Street Crash of 1929 menjadi pelajaran yang mahal bagi dunia tentang risiko bagaiamana spekulasi berlebihan dan ketidakstabilan pasar keuangan. Peristiwa ini juga mendorong perubahan kebijakan ekonomi dan regulasi pasar yang lebih ketat, dengan harapan mencegah terulangnya krisis serupa di masa depan.

Scroll to Top